Rabu, 31 Maret 2010

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

Pengolahan Kelapa sawit merupakan salah satu factor yang menentukan kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sait adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada. Adapun tahapan proses yang terjadi selama pengolahan kelapa sawit menjadi CPO adalah sebagai berikut :
Perebusan (sterilisasi)
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap bertekanan. Tujuan dari perebusan antara lain :
• Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas minyak yang dihasilkan.
• Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan.
• Melunakan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan dan pemecahan biji.
• Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selam proses pengepresan dan pemecahan biji.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap sebesar 2,8-3 kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit.

Penebahan/ perontokan buah
Penebahan adalah pemisahan brondolan buah dari tandan kosong kelapa sawit. Buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah rebus. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap unit-unit digester.
Didalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).

Pengepresan/ pengempaan
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan 50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS (maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke alat cake breaker conveyor untuk di pisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi (pemurnian).

Pemurnian Minyak
Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan dengan system pengendapan, sentrifugasi dan penguapan.
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen dengan tujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. Saringan bergetar (Vibrating screen) terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas permukaan 2 M2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam crude oil tank dan suhu dipertahankan 90-95°C selanjutnya crude oil dipompa ke tangki pemisah (continuos clarifier tank) dengan pompa minyak kasar.
Pemisahan minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam tangki pisah ini. Minyak yang mempunyai berat jenis kecil mengapung dan dialirkan kedalam tangki masakan minyak (oil tank), sedangkan sludge yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada minyak masuk kedalam ruang ketiga melalui lubang bawah. Untuk mempermudah pemisah, suhu dipertahankan 95 C dengan system injeksi uap Minyak yang telah dipisah pada tangki pemisah di tampung dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripus minyak.
Minyak Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storege Tank).

Proses Pengolahan lnti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam Depericaper melalui Cake Brake Conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya

pengenalan teknologi pengolahan sawit

STASIUN LOADING RAMP


Stasiun Loading Ramp merupakan tempat untuk pembongkaran TBS yang dikirim dari tempat penampungan sementara sebelum didistribusikan ke dalam lori-lori TBS. Di Stasiun Loading Ramp ini dilakukan sortasi buah untuk mengetahui mutu buah yang akan diproses.


Dari konstruksi Loading Ramp, sehubungan dengan adanya celah-celah pada dasar lantainya dimaksudkan untuk mengurangi kotoran (tanah + pasir) yang terikut saat pengangkutan buah dari kebun. Pasir dan tanah atau kotoran lain diharapkan akan terpisah dari TBS saat TBS menggelinding dari atas sampai ke dasar pintu Loading Ramp dan jatuh ke bawah lewat lubang-lubang yang telah diatur sedemikian rupa.


Tandan dari buah segar pada Loading Ramp ini tidak boleh ditahan terlalu lama, karena buah yang sudah luka atau terlalu masak dari kebun akan mengalami proses kenaikan FFAnya, untuk itu perlu diterapkan prinsip FIFO (First In First Out) dalam pendistribusian ke lori-lori.


Dilihat dari pengamatan di lapangan, berikut adalah hal-hal yang berhubungan dengan Loading Ramp yang ada di PKS sbb:


  • Jumlah Loading Ramp sebanyak 2 unit dengan kapasitas 120 ton TBS untuk tiap unit.

  • Dimensi dari Loading Ramp

  • Panjang Loading Ramp = 35,5 m.

  • Lebar Loading Ramp = 7,5 m.

  • Tinggi dinding Ramp = 7,5 m.

  • Sudut kemiringan.

  • Jumlah pintu ada 12 buah untuk tiap unit. Panjang 180 cm dan lebar 125 cm.

Sistem buka tutupnya dilakukan secara hidrolik dengan pompa hidrolik untuk masing-masing pintu.

  • Jarak lubang-lubang untuk membuang kotoran yang terikat dalam TBS adalah kurang lebih 2 – 2,5 cm.

  • Ukuran lubang pintu (keluaran TBS dari Loading Ramp) adalah lebar = 170 cm dan tinggi = 110 cm

  • Di bawah pintu Loading Ramp di pasang peralatan Dirt Conveyor berfungsi untuk mengangkut kotoran yang jatuh dari Loading Ramp ke tempat penampungan kotoran.

  • Terdapat panel yang digunakan untuk menstart dan mematikan semua peralatan yang ada di sekitar Loading Ramp.

  • Terdapat motor listrik untuk penggerak Dirt Conveyor dan motor listrik untuk untuk sistem sirkulasi fluida pada operasi hydrolik.


FUNGSI LOADING RAMP


Fungsi utama Loading Ramp adalah tempat pembongkaran TBS yang dikirimkan dari kebun untuk dilakukan pengsortasian mutu buah TBS dan pengaturan proses didistribusi TBS kedalam Lori-lori berdasarkan dengan prinsip FIFO (First in first out).

Disamping fungsi tersebut, Loading Ramp juga dimanfaatkan tujuan misalnya:

  • Untuk mengurangi jadar kotoran yang terbawa TBS dari kebun.

  • Untuk memudahkan kadar kotoran yang terbawa TBS dari kebun.

  • Untuk menampung sementara TBS yang masuk, pada saat banyak buah yang dikirimkan dari pihak kebun.


CARA PENGISIAN TBS


Untuk cara pengisian TBS ke dalam lori-lori dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

  1. Hidupkan power panel dengan memutar saklar pada posisi “on” kemudian tekan tombol “on” (warna hijau) untuk pengoperasian peralatan hydrolic pump. Motor pada reservoir oil beroperasi.

  2. Tunggu untuk sementara waktu (sekitar 2 menit) agar fluida di dalam reservair benar-benar telah bersirkulasi sempurna.

  3. Buka pintu Loading Ramp secara perlahan-lahan dengan cara menarik handel sirkulasi minyak sedikit demi sedikit. Pembukaan pintu jangan langsung dibuka penuh, hal ini untuk menghindari terjadinya luapan TBS di dalam lori dan benturan yang keras.

  4. Pada saat pintu Loading Ramp terbuka dan TBS masuk lori kita atur sedemikian rupa sehingga semua ruang dalam lori terisi TBS secara merata (tidak ada ruangan yang kosong).

  5. Pengisian TBS di dalam lori jangan sampai menggunung melebihi permukaan atasa dari lori. Kita taksir kapasitas lori kurang lebih 2,5 ton TBS.

  6. Apabila lori sudah penuh terisi TBS tutup pintu Loading Ramp dengan jaan menekan handel sehingga pintu berjalan turun sampai dasar Loading Ramp.

  7. Apabila pada saat pertama membuka pintu ternyata TBS tidak mau jalan turun ke lori, kita turunkan dengan menarik satu atau dua tandan TBS sampai TBS berikutnya dapat meluncur/jalan sendiri sepanjang alas Loading Ramp masuk ke lori.

  8. Dalam pengisian TBS kelori usahakan TBS yang lebih dahulu datang (lebih dahulu dibongkar ke dalam Loading Ramp) hal ini dimaksudkan untuk menerapkan prinsip FIFO.

  9. Apabila proses pengisian telah selesai matikan terlebih dahulu motor sirkulasi direservoir dengan menekan tombol “off” (warna merah) pada panel hydrolic sekitar 1 menit setelah pintu tertutup rapat. Baru kemudian matikan power pada panel dengan memutar saklar pada posisi “off”.

  10. Pada saat tidak dioperasikan usahakan semua pintu Loading Ramp dalam keadaan baik dan tertutup.


PRINSIP FIFO


Prinsip First-In First-Out (FIFO) merupakan suatu sistem yang mempunyai maksud segala sesuatu yang diterima paling awal maka harus dikeluarkan paling awal juga. Kalau prinsip FIFO ini kita terapkan dalam permasalahan yang menyangkut tentang proses produksi kelapa sawit, dapat diuraikan sebagai berikut:





Penerapan prinsip FIFO di pabrik masih belum dapat dijamin terlaksana hal ini dikarenakan adanya beberapa hal, di antaranya:

  • Pengiriman TBS ke pabrik belum dapat distandarisasikan untuk tiap harinya, sehingga susah dalam memperkirakan proses produksi yang kontinyu, kalau dihubungkan dengan segi efisiensi.

  • Pada masa-masa banyak kiriman buah, hal ini disebabkan kapasitas produksi di pabrik untuk setiap harinya belum sebanding dengan kapasitas panen yang dihasilkan di kebun untuk setiap harinya.

  • Kurangnya perhatian dari pihak kebun dalam menerapkan prinsip FIFO sehingga pihak pabrik tidak dapat mengetahui mana buah yang baru dan mana buah yang lama, dalam permasalahan ini langkah yang diambil adalah angkutan yang paling dahulu masuk ke pabrik dianggap sebagai TBS yang paling dahulu di panen. Dari permasalahan tersebut di atas maka penerapan prinsip FIFO di pabrik masih sebatas kamampuan yang ada sesuai dengan kondisinya pada saat itu.


Adalah penerapanya adalah sebagai berikut :

  • Untuk kondisi di lapangan prinsip FIFO dapat diterapkan dengan jalan mendahulukan pengangkutan TBS yang dipanen lebih awal, untuk dikirimkan ke pabrik.

  • Sedangkan untuk penerapan di pabrik adalah menyegarkan pelaksanaan proses terhadap TBS yang paling awal pengirimanya.


Dengan penerapan prinsip FIFO tersebut dengan tepat dan akurat maka akan dapat menekan (menghambat) kenaikan asam lemak bebas pada saat buah yang belum diproses, akan tetapi hal ini kadang terbentur dengan persoalan efisiensi proses (pembiayaan proses produksi) sehingga kadang prinsip FIFO kurang dapat diterapkan.


Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip FIFO ini adalah jangan sampai terjadi stok terhadap bahan baku dari CPO bukan merupakan bahan baku (bahan dasar) yang terlalu lama, karena bahan baku dari CPO merupakan barang baku yang sifatnya relatif (semakin lama distok akan semakin rugi).


Untuk itu penyetokan (penyimpangan) bahan baku (TBS) dilakukan sebatas toleransi yang diijinkan. Sehubungan dengan perhitungan untung dan ruginya dalam penerapan prinsip FIFO.


OPERASI SISTEM HIDRAULIK


Sistem hidrolik yang ada di stasiun Loading Ramp dimanfaatkan untuk operasi pembukaan dan penutupan pintu Loading Ramp. Untuk itu operasi sistem hydrolik di sini akan dikaitkan dengan mekanisme pembukaan dan penutupan Loading Ramp.








Gambar Mekanisme Pembukaan dan Penutupan Pintu Loading Ramp:

Keterangan gambar :

  1. Silinder Hydrolik

  2. Piston Hydrolik

  3. Tangki Klep

  4. Pintu Loading Ramp

  5. Reservoir Oil

  6. Motor Listrik

  7. Dial pembagi Sirkulasi (6 unit)

  8. Pipa Out put Oil Reserver

  9. Pipa input Oil ke Reservoir (return)

  10. Dial Pengatur Aliran Fluida

  11. Pipa sirkulasi buka tutup

  12. Pipa sirkulasi buka tutup

  13. Manometer

  14. Indikator temperatur dan isi dari oil (minyak)

  15. Pipa penghubung

  16. Pipa out put dari rial pembagi sirkulasi


OPERASI SIRKULASI SISTIM HIDROLIK


  1. Pada saat kita akan mengoperasikan sistem hydrolik terlebih dahulu kita hidupkan power panel (saklar pada posisi “on”) dan kemudian kita tekan tombol warna hijau pada panel “hydrolic pump” maka pompa hydrolik akan beroperasi.

  2. Dengan beroperasinya pompa maka tekanan di dalam oil akan mengalami sirkulasi. Sistem sirkulasi inilah yang akan mengakibatkan membuka atau menutupnya Loading Ramp, tergantung posisi handel (dial) pengatur.



Pada saat posisi handel bebas:

  • Semua aliran fluida yang menuju ke silinder hydrolik tertutup, sehingga fluida di dalam pipa (11) dan (12) tidak bersirkulasi dan piston diam. Semua aliran menuju pipa (16) tertutup.

  • Aliran yang terjadi adalah oil dari reservoir mengalir lewat pipa (8) masuk ke dial pembagi sirkulasi fluida (7) unit I.

  • Selanjutnya aliran masuk kedial pembagi sirkulasi (7) unit II yang melewati pipa penghubung (15).

  • Dari dial pembagi sirkulasi unit II lalu masuk ke dial pembagi sirkulasi II melewati pipa penghubung (15). Demikian selanjutnya sampai dial pembagi sirkulasi unit IV. Di unit ini pipa sirkulasi untuk penghubung antar dial disambungkan dengan pipa keluaran fluida dari dial pembagi sirkulasi (16) selanjutnya mengalir masuk ke reservoir melalui pipa input oil reservoir.


Gambar skema Aliran Fluida posisi handel bebas


Proses Pembukaan Pintu Loading Ramp:

  • Tarik handel ke belakang, maka pintu akan tertekan ke depan, sehingga lubang sirkulasi pada pipa (11), pipa (12) dan pipa (16) terbuka.

  • Aliran fluida dari reservoir lewat pipa (8) masuk ke dial pembagi sirkulasi (7). Fluida ini ada sebagian yang mengalir lewat pipa (15) dan ada yang mengalir lewat pipa (11).

  • Fluida yang mengalir melelui pipa penghubung (15), akan menyuplai oil untuk proses pembukaan pintu Loading Ramp yang lain.

  • Sedangkal oil yang mengalir melalui pipa (11) menuju silinder hydrolik. Oil ini mengisi ruang silinder bagian bawah klep (piston).

  • Karena aliran terus menerus maka oil yang mengisi semakin banyak, sehingga piston terangkat ke atas menekan oil yang berada diatas klep di dalam silinder .

  • Fluida (oil) yang tertekan mengalir keluar silinder lewat pipa (12) masuk ke dial pembagi sirkulasi. Selanjutnya oil keluar dari dial pembagi sirkulasi masuk ke reservoir melewati pipa (160) dan pipa (9).

  • Di dalam silinder hydrolik, klep dihubungkan dengan pintu Loading Ramp melalui sebuah lengan (tangkai) sehinggga pada saat terangkat ke atas maka pintu akan turut terangkat.

  • Apabila handel dilepaskan ke posisi bebas maka pintu akan berhenti diam pada posisi tersebut (posisi terbuka).


Gambar Proses pembukaan pintu buah Loading Ramp



Proses penutupan pintu Loading Ramp:

  • Pompa hydrolik dalam keadaan beroperasi, tekan handel ke depan, maka lubang sirkulasi pada pipa (12) dan pipa (16) terbuka.

  • Aliran oil dari reservoir masuk kedial pembagi sirkulasi (7) melalui pipa out put (8) sebagian ada yang mengalir keluar lewat pipa(15) dan sebagian ada yang masuk kolom silinder melewati pipa (12).

  • Aliran oil yang lewat pipa (15) akan mensuplai oil untuk pross pembukaan/penutupan pintu Loading Ramp yang lain. Sedangkan oil yang mengalir melewati pipa (12) masuk ke ruang silinder.

  • Aliran aliran terus mengalir maka volume oil didalam silinder semakin banyak dan menekan klep (piston) ke bawah (akibat tekanan semakin besar).

  • Piston bergerak ke bawah oil di bawah piston mengalir keluar silinder masuk ke dial pembagi sirkulasi melalui pipa (11) yang selanjutnya keluar dan masuk reservoir melewat pipa (16) dan pipa (9).

  • Piston di bawah silinder dihubungkan dengan batang silinder, dan batang silinder dihubungkan dengan pintu Loading Ramp. Maka pada saat piston turun, maka pintu akan bergerak turun (pintu akan menutup).

  • Apabila handel dilepaskan akan kembali ke posisi semula maka kedudukan pintu akan diam(tidak bergerak).







Gambar proses penutupan pintu Loading Ramp



OPERASI PERALATAN DI STASIUN LOADING RAMP


Pada stasiun Loading Ramp dilengkapi peralatan-peralatan bantu diantaranya: Panel operasi motor pompa sirkulasi, motor penggerak conveyor, dirt conveyor, silinder hydrolik, handel operasi pintu dan tank rail lori, dan lain-lain.


Adapun sistem operasinya masing-masing dapat dilukiskan sebagai berikut :


Panel Operasi


Alat ini digunakan/difungsikan untuk mengoperasikan semua peralatan di dalam stasiun loading ramp, antara lain untuk pengoperasian sistem operasi alat-alat :

  • Hydrolik pump no. 1

  • Hydrolik pump no. 2

  • Hydrolik pump no. 1

  • Hydrolik pump no. 2









Gambar Panel Operasi:



Sistem operasinya:

  • Panel ini menghubungkan power pada motor-motor penggerak di semua yang ada distation loading ramp.

  • Apabila stop kontak loading ramp pada posisi “O” berarti panel mati (tidak ada arus) dan apabila pada posisi “1” berarti panel siap untuk digunakan kontrol/pengoperasian.

  • Untuk mengoperasikan peralatan yang ada tinggal menekan tombol “ON” (warna hijau) dan menekan tombol “OFF” (warna merah) sesuai dengan keinginan alat yang akan dioperasikan.


Reservoir dan Motor Sirkulasi


Reservoir di sini digunakan untuk menampung oil dari sirkulasi di pompa hidrolik dan mensuplai oil ke pompa hydrolik. Pda reservoir dilengkapi motor untuk mensirkulasikan oil dan menaikkan tekanan oil, indikator volume oil dan suhu oil dan alat ukur tekanan oil (manometer).


Data-data peralatan:

  • Motor penggggerak fluida

- Frame D 112 MD serial E 164374

- Output Kw 4.0 voltase 380

- Putaran/minimal ampere 9.2

- Hz 50 phase 3


Silinder Hydrolik


Fungsinya untuk mekanisme membuka dan menutup pintu loading ramp kontruksinya terdiri dari piston dan tangkai piston dan sil pada bagian bawah dari silinder hydrolik.


Sistem operasinya berdasarkan tekanan hydrolik dari fluida (oli). Pada saat oli mengisi ruangan di atas piston (klep) maka piston akan bergerak turun, sedangkan oli di bawah piston mengalir keluar. Sebaliknya jika aliran fluida dialirkan kebagian bawah piston maka piston akan naik, oli diatas piston keluar. Naik turunnya piston beserta tangkalnya (arm) karena adanya gaya tekan dari fluida (oil)


Regulator Dial dan Handel


Fungsinya untuk mengatur sirkulasi oil pada saat membuka ataupun menutup pintu loading ramp.


Prinsip kerjanya:

Pada regulator ini ada semacam pin di mana ujung yang satu dihubungkan pada handel dan ujung yang lain bebas. Pada ujung yang bebas dipasangkan pegas untuk mekanisme gerak pin saat handel ditekan/ditaarik. Pada pin ini terdapat lubang (2 buah) yang fungsinya untuk mengalirkan/meneruskan aliran oil yang masuk ataupun keluar ataupun sebagian oil yang keluar pada saat beroperasi. Letak lubang pada pin dengan lubang-lubang aliran pada regulatornya sudah disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mekanisme buka tutup pintu pada loading ramp karena akibat adanya perubahan posisi lubang yang sesuai (perubahan pasangan posisi lubang pada regulator dengan lubang pada pin) handel berfungsi untuk merubah pasangan posisi lubang tersebut sesuai dengan kebutuhannya (buka/tutup).


Dirt Conveyor


Dirt Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk rnengangkut kotoran yang terjatuh dari kisi-kisi lantai Loading Ramp ke dalam bak penampung. Dirt Conveyor ini terdiri dari rental sprocket, Plat Pengangkut (pembawa kotoran), alas/talang penampung kotoran serta motor listrik sebagai penggerak utama lengkap dengan gear transmission.


Prinsip dan kinerjanya :

  • Motor listrik sebagai penggerak distart dan berputar dengan putaran 1500 rpm. Putaran poros utama ini mengalami reduksi putaran dengan rasio = 29, maka putaran poros sprocket adalah = 53 rpm.

  • Pada poros dipasang dua buah sprocket kanan dan kid untuk rantai. Di antara rantai bagian kanan dan bagian kill di hubungkan dengan plat pengangkat untuk membawa sampah, sampai sampah di buang masuk ke bak penampung lewat saluran buang.

  • Reduksi putaran dari motor listrik ke poros sprocket dengan menggunakan gigi (gear) yang dihubungkan dengan rantai.


Data-data teknis pada dirt conveyor:

Rantai Conveyor:

Panjang = 4.300 cm

Jarak antara pusat roll = 10.5 cm

Tebal plat rantai = 3,5

Jarak antara sudu – sudu angkut = 40 cm

Diameter roll = 4 cm

Panjang sudu angkut = 24 cm lebar 15 cm


Poros dan Sprocket:

Diameter poros =7,5 cm

Diameter sprocket = 25 bulan

Diameter dalam sprocket = 20 cm

Jumlah sprocket = 4 unit

Jumlah gigi tiap sprocket = 8 buah


Motor penggerak:

Merk cyclo driver model HM 5-84

Input 3,7 Kw

1500 Rpm

Ratio = 29


Lori & Rel


Fungsinya sebagai tempat TBS selama proses perebusan disterilisasi. Jumlah roli ada 60 unit dengan kapasitas ± 2,5 ton tiap lori. Pada sisi panjang dari lori dibuat di lubang-lubang dengan diameter lubang sebesar 1 cm sejumlah 750 lubang untuk tiap sisinya.


Gambar dimensi dari lori:









Fungsi dari lubang-lubang dinding dan atas lori adalah untuk jalan penyebaran uap masuk ke dalam ruang antara TBS dan untuk jalan keluar kondensat yang terbentuk/timbal di dalam lori.


PEMBERSIHAN

  1. Pembersihan lantai Loading Ramp dari berondolan-berondolan yang tercecer pada saat dilakukan sortasi maupun pembongkaran TBS.

  2. Pembersihan sampah dan kotoran (tanah) yang terikut TBS dari kebun dan yang tertinggal di lantai Loading Ramp agar tidak terusik lori. Pembersihan dilakukan saat Loading Ramp tidak ada buah.

  3. Pembersihan lantai di bawah pintu Loading Ramp terhadap berondolan yang jatuh pada saat pengisian TBS ke lori.

  4. Pembersihan lantai di bawah kisi-kisi plat atas loading ramp dari sampah/kotoran yang tercecer ke dirt conveyor agar terangkut kedalam bak penampung sampah.

  5. Pembersihan kotoran yang melekat pada rantai dan sudu-sudu pengangkut pada dirt conveyor, agar mudah digerakkan dan beban motor tidak teralu berat.

  6. Pembersihan lubang tempat roda lori pada reel dari tanah/kotoran yang menutupinya agar lori jalannya lancar dan tidak mengakibatkan terpelanting dan juga pembersihan penghalusan sisa-sisa (bekas – bekas) pengelasan pada sambungan rail.

  7. Pembersihan kotoran pada rail pintu loading ramp agar pintu dapat tertutup rapat.

  8. Pembersihan karat/kotoran pada dinding lori, lubang-lubang lori akibat dari kondesat yang menempel pada saat perebusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keausan material akibat dari kondensat yang menempel pada saat perebusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keausan material akibat korosi dan lubang tidak mampat maka distribusi uap sempurna.


PERAWATAN


  1. Checking pada sambungan rail, bila ada yang terputus/terlepas.

  2. Cheching pada alur rail jika ada penyerempetan yang mengakibatkan roda lori susah berjalan (biasanya pada sambungan, slinged rail pice, dll).

  3. Checking pada tikungan (boog) dan persimpangan terhadap ukuran/jarak antar rail dalam keadaan sejajar atau tidak.

  4. Pelumasan rail agar panas yang terjadi akibat gesekan rendah, sehingga rail tidak cepat aus.

  5. Pondasi penahan rel diamati dan diperbaiki apabila ada yang retak, agar batang rel tetap sejajar sesuai ukuran.


PERAWATAN LORI


  1. Pengecekan pada las-lasan keranjang lori (dinding lori) bila ada yang lepas atau retak agar dilas kembali.

  2. Pengecekan pada ring tempat duduk rantai, untuk pemasukkan TBS ke peralatan threshing dengan hoist crane, jika retak dilas kembali.

  3. Pelumasan poros (as) bushing, bearing dari lori dengan minyak gemuk tahan panas (staburrac) 130o C – 150oC.

  4. Penggantian bushing yang sudah aus, sebab longgarnya bushing mengakibatkan stagnaties di mana lori tidak stabil jalanya, terutama pada tikungan .

  5. Penggantian bearing yang sudah longgar atau pecah, agar jalan lori lancar dan gesekannya rendah sehingga tidak mudah aus.

  6. Roda-roda lori dan aus dilas kembali agar dapat digunakan, setelah dilas dibubut agar permukaannya kembali rata (licin) dan ukurannya sesuai standard.

  7. Besi balk/siku dari inderstel dicheck dan dilas bila las-lasnya retak.

  8. Kait sambungan dan ring sambungan dicheck, bila retak dilas kembali.


PERAWATAN DIRT CONVEYOR


  1. Checking sudu-sudu angkut dan baut-baut pengikatnya.

  2. Periksa kendaraan dari rantai (chain) sudu-sudu angkut.

  3. Stel/penyetelan rantai jika terjadi kekendoran dengan cara menggeser kedudukan as spocket tepat dan pas pada kedudukannya .

  4. Checking gigi spockret, bila sudah aus (tajam) sebaiknya diganti agar mata rantai pada sprocket tepat dan pas pada kedudukannya.

  5. Keausan bushing dan asa dari mata rantaidiperiksa dan railnya juga diperiksa keausanya.

  6. Pelumasan pada mata rantai (as dan bushing) gear pada kedudukan as sprocket, gigi sprocket, gigi pada gear transmisi untuk reduksi putaran beserta rantainya.

  7. Pengisian minyak pelumas dan penggantian pada gearbox transmission.

  8. Pelumasan pada poros dan bearing motor penggerak.

  9. Pengencangan baut – mur setiap sambungan ada batang-batang rangka dari konstruksi dirt conveyor.


SARAN-SARAN


  1. Dalam pengisian TBS seyogyanya ditaksir sebesar ± 2,5 ton setiap lori, jangan sampai terisi dengan kondisi tanggung di atas permukaan lori, keadaan ini akan memberikan efek antara lain:

  • Banyak berondolan yang jatuh teringgal di dalam ruang stelizier, saat berlangsung proses perebusan.

  • Berondolann yang terambil akan menyebabkan tumpet pada lubang saluran pembuangan kondensat masih banyak kondensat yang belum terbuang akbatnya tekanan puncak sulit dicapai dan keadaan TBS hasil rebusan basah, banyak loses minyak didalam kondensat.

  • Distribusi kurang sempurna sehingga memungkinkan TBS hasil rebusan belum seluruhnya masak, sehingga efisiensi pada proses threshing rendah.

  1. Pada saat motor sirkulasi beroperasi, dimana pintu loading ramp dalam keadaan tertutup penuh atau terbuka penuh, handle operasi buka tutup pintu loading ramp jangan ditarik atau ditekan lagi karena akan menyebabkan tekanan yang besar, sehingga berakibat pipa sirkulasi visa pecah/bocor pada sambungan seal pada silinder hydrolik cepat encer karena penuh sehnggan gaya tekan fluida berkurang.

  2. Uap buang dari sterilizer kita alirkan di bawah kisi-kisi loading ramp. Hal ini pemanfaatan uap dan untuk pengeringan kotoran khususnya tanah yang melekat pada tandan TBS sehingga mudah rontok di loading ramp dan kadar kotoran dalam proses dapat menjadi lebih rendah.

  3. Truk angkutan TBS dalam pembongkaran TBS ke loading ramp jangan diperbolehkan mengayuh (membenturkan roda belakang pada pembatas) hal ini bertujuan :

  • Untuk mengurangi benturan TBS sehingga tidak banyak yang memar luka.

  • Untuk mengurangi kotoran yang terbawa ke loading ramp.

  • Untuk mengurangi/mencegah kerusakan lantai dan pembatas loading ramp.